2 komentar

Tips Memilih modem cdma dan gsm

1. Kualitas Modem.
Pilihlah modem yang harganya murah, tapi ngga murahan :P. Sebuah modem yang berkualitas baik biasanya dapat menangkap signal GSM tanpa terputus-putus. Juga perhatikan software modemnya juga berkualitas. Yaitu, driver yang disertakan support terhadap OS Windows XP dan OS Windows Vista ataupun win 7. Penginstalan tidak rumit (tnggal Next Next ja..) dan cepat terdeteksi oleh komputer bila di cabut-pasang.

2. Garansi Modem.
Jangan lupa dengan hal yang satu ini. Beberapa toko penjual modem tidak memberikan garansi, jadi pilihlah toko yang memberikan garansi terhadap modem yang anda beli. Umumnya modem ada yang bergaransi 6 Bulan s.d 1 tahun Bahkan sekarang juga ada yang mpe 3 tahun..

3. Fasilitas Modem.
Pilihlah modem yang kaya fitur, misalnya support dengan kecepatan 3.6 Mbps dan 7.2 Mbps. Bisa menggunakan slot Micro-SD Card. USB Extension. Fitur Wireless Lan (Wifi). Fitur GPS. Support Eksternal Antena Indoor dan Outdoor, dll.
Tapi adakalanya fitur-fitur tersebut dapat mengakibatkan permasalahan lain pada modem anda, misalnya, modem selalu otomatis terkoneksi ke WiFi daripada ke GSM. Jadi bila anda tidak terlalu paham dengan fitur ekstra yang diberikan sebaiknya saya sarankan pilih modem yang standar saja...

4. Model Modem.
Jangan tertipu dengan modem yang mungil dan cantik. Tidak semua modem yang berbentuk cantik itu berkualitas bagus. Juga hindari modem yang bisa dilipat-lipat, karena konektor USBnya lebih cepat rusak.

5. Software Modem.
Semua modem dilengkapi dengan software untuk mengkonfigurasikan setting internet anda. Beberapa software modem memiliki settingan internet yang lengkap. Beberapa ada juga yang settingannya tidak dapat dimodifikasi lagi (Modem Locked). Pilihlah modem yang settingannya mudah dan tidak terlock oleh provider internet tertentu. Bila anda membeli modem yang ter-lock maka anda tidak dapat mengonta-ganti SIM-Card yang lain. Modem jenis ini biasanya modem yang ter-paket dengan salah satu provider internet.Tapi tnag ja...contohnya saya...saya pke modem fla** dari telko*sel...tapi modemnya bisa supprt smua kartu GSM..

6. Jenis Modem.
Ada 2 jenis SIM Card yang digunakan pada modem GSM dan CDMA, yaitu SIM Card CDMA (Misalnya Fren, Flexi, dll), dan SIM Card GSM (Misalnya Simpati, Three, Mentari, dll). Jangan sampai membeli Modem GSM jika hendak memakai kartu Flexi, begitu pula sebaliknya.

7. Cari penjual modem terbaik
Bila anda sudah mendapatkan informasi mengenai jenis modem, tipe koneksi internet dan provider terbaik untuk daerah anda, ini saat nya untuk berburu modem di penjual yang tepat agar anda tidak dirugikan. Hal ini amat sangat penting bila anda membeli sebuah modem dari penjual modem melalui internet.

ni ane kasih tambahan sedikit :

1. Harga yang ditawarkan.
Faktor penentu penting dalam memilih provider internet. Saat ini banyak bertaburan paket internet yang ditawarkan oleh provider. Juga jangan sampai terkecoh dengan iming-iming harga murah. Karena biasanya paket internet yang murah kualitas jaringannya juga murahan. Tidak ada salahnya untuk mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan koneksi internet yang baik. Ketimbang menghabiskan waktu untuk menunggu loading satu halaman website.

2. Daerah lokasi anda.
Jangan heran apabila anda mendapati kualitas jaringan internet yang jelek dirumah anda, tetapi malahan bagus dirumah teman anda. Maksudnya yaitu, tidak semua tempat mendapat coverage jaringan HSPA/UMTS yang baik. Umumnya modem secara otomatis menurunkan tipe koneksi anda dari 3G ke 2G bila seandainya signal 2G lebih kuat daripada 3G. Tapi beberapa tipe modem dapat anda setting secara manual untuk selalu terhubung ke jaringan 3G, 3,5G atau 4G. Jadi pilihlah provider internet yang jaringan signal 3G,3,5G atau 4G lebih kuat dan baik didaerah anda.

3. Pengguna paket internet.
Beberapa dari teman anda mungkin mengatakan bahwa paket internet “A” itu bagus. Mungkin beberapa teman anda yang lainnya malahan mengatakan paket internet “B” itu bagus. Hal ini tidak dapat dijadikan patokan. Karena baik tidaknya suatu koneksi internet itu juga dipengaruhi oleh banyaknya user(pengguna) internet didaerah itu. Suatu tower (BTS) jaringan internet GSM umumnya hanya sanggup menerima 40 user secara bersamaan dalam satu waktu. Jadi apabila pengguna internet didaerah anda membludak tentu saja berpengaruh terhadap anda sendiri jadi ikut mendapatkan jaringan internet yang lambat.

4. Kecepatan internet.
Modem yang beredar dipasaran memiliki kecepatan transfer data antara 3.6 Mbps sampai 7.2 Mbps. Artinya kecepatan transfer modem dan BTS adalah 3.6 atau 7.2 Megabytes tiap satu detiknya. Tapi jangan langsung salah sangka jika kecepatan download anda hanya sekitar 256Kbps saja. Kecepatan transfer modem anda memang benar 3.6 atau 7.2 Mbps ke BTS, tapi umumnya provider internet membatasi kecepatan anda dari BTS ke Internet, sehingga anda mendapatkan kecepatan lebih kecil.
maksudnya Seperti ini :
Modem -----(7.2Mbps)---> [BTS] -----(256Kbps)----> Internet

Jadi pilihlah provider internet anda yang menawarkan kecepatan lebih baik ke internetnya.

Modem 3.5G GSM teknologi HSDPA/UMTS yg ane tw :
1. Prolink PHS100, 7.2 Mbps, Support Micro SD Card,
2. Huawei E160, 7.2 Mbps, Support Micro SD Card, Antenna External Slot
3. Huawei E156, 7.2 Mbps, Support Micro SD Card, Antenna External Slot
4. Huawei E1550, 7.2 Mbps, Support Micro SD Card,
5. Sierra Compass AT&T 885, 7.2 Mbps, Support Micro SD Card, WiFi,

Modem CDMA 2000 teknologi EV-DO yg ane tau :
1. EVDO Modem,
2. Venus VT-12 Modem,

Tetapi biar lebih gampang..belilah modem yang di pasarkan oleh salah satu provider (tetapi dapat menggunakan sim card apa saja)..karena..Proses instalasinya pasti akan lbh mudah,,,
Nah, dengan memilih modem GSM dan CDMA yang baik maka koneksi internet kita akan menjadi kegiatan yang mengasyikkan karena tidak perlu menunggu terlalu lama untuk loading meskipun hanya satu halaman. Silakan mencoba tips yang saya buat ini..insya allah akan membantu..

sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=11737708
user : zivot43
2 komentar

Evalusi Tablet


BAB I
EVALUASI SEDIAAN TABLET

Evaluasi sediaan tablet jadi meliputi :

1.      Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif (Depkes RI, 1995).
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini (Depkes RI, 1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.

Bobot rata – rata
Penyimpanan bobot rata – rata dalam %
A
B
25 mg atau kurang
15%
30%
26 mg sampai dengan 150 mg
10%
20%
151 mg sampai dengan 300 mg
7,5%
15%
Lebih dari 300 mg
5%
10%
(DepKes RI, 1979).
Menurut Depkes RI (1995), untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Depkes RI, 1995).
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Depkes RI, 1995).

2.      Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).

3.      Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana, 2009).

4.      Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket (Lachman dkk., 2008).

5.      Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (Lachman dkk., 2008).















BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1  Uji Keseragaman Bobot


 









2.2  Uji Kekerasan


 




















2.3  Uji Kerapuhan


 


































2.4  Uji Disolusi
           

























Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket (Lachman dkk., 2008).

·         Pembuatan Larutan NaOH 1,0 N
Sebanyak 1 gram NaOH padat ditimbang, kemudian dilarutkan dengan sedikit air bebas CO2. Dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL dan ditambahkan air bebas CO2 hingga tanda batas (Depkes RI, 1995).

·          Pembuatan Larutan Baku Paracetamol (1 mg/mL)
Ditimbang seksama 10 mg parasetamol BPFI, dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian ditambahkan metanol hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen (Depkes RI, 1995).

·         Pembuatan Larutan Stok Baku Parasetamol
Perhitungan pengenceran:
Dibuat larutan parasetamol dengan konsentrasi 1 mg/mL ( 1000 µg/mL ) yaitu dengan menimbang sebanyak 10 mg parasetamol kemudian dilarutkan dalam labu takar 10 mL dengan menambahkan metanol sampai tanda batas.
Untuk mendapatkan larutan dengan kadar 10 µg/mL (0,01 mg/mL), maka dilakukan pengenceran:
V1 x M1                       =          V2 x M2
V1 . 1000 µg/mL         =          100 ml . 10 µg/mL
V1                          =             1 mL
Sehingga dari larutan dengan kadar 1000 µg/ml dipipet sebanyak 1 mL kemudian di ad NaOH sampai 100 ml untuk mendapatkan kadar larutan baku 10 µg/mL (0,01 mg/mL).

·         Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol
Untuk menentukan panjang gelombang maksimum dilakukan perhitungan konsentrasi larutan pada absorbansi 0,434 di mana pada absorbansi tersebut terjadi kesalahan relatif minimal. Paracetamol dalam larutan basa memiliki nilai A11=715 L mol -1 cm -1 sehingga konsentrasi larutan parasetamol yang harus dibuat:
A     = e b c
0,434           = 715 L mol -1 cm -1 × 1 cm × c
c      = 0,434 / 715 L mol -1
c      = 6,07 x 10-4 g/100 mL
c       = 6,07 µg/mL
Untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi 6,07 µg/mL, maka dilakukan perhitungan larutan yang harus dipipet dari larutan stok baku parasetamol 10 µg/mL. Perhitungan:
V1 × N1               =          V2 × N2
V1 . 10 µg/mL                     =          10 ml . 6,07 µg/mL
V2                          =          6,07 mL
Sehingga, dari larutan dengan kadar 10 µg/mL dipipet sebanyak 6,07 mL larutan kemudian di ad NaOH sampai 10 mL untuk mendapatkan kadar larutan 6,07 µg/mL. Larutan ini kemudian diukur dari panjang gelombang 220-320 nm.


·         Pembuatan Larutan Standar untuk Uji Linieritas
Berdasarkan literatur, rentang absorbansi dengan kesalahan terkecil pada metode validasi adalah 0,2 – 0,8 (Gandjar dan Rohman, 2007), sehingga dalam praktikum ini akan dibuat beberapa larutan standar yang memberikan nilai absorbansi dalam rentang 0,2 – 0,8.
·         Larutan induk parasetamol 10 µg/mL = 0,01 mg/mL
·         Rentang konsentrasi :
                        Absorbansi minimum = 0,2
                                    A         =          e.b.c
                                    0,2       =          715 L mol-1cm-1 . 1 cm . c
                                    C         =          0,2/715 L mol­-1
                                    C         =          2,7972x10-4 g/100 mL
C         =          0,0027972 mg/mL
C         =          2,7972µg/mL
Volume larutan stok 0,01 mg/mL yang diperlukan untuk membuat larutan konsentrasi 2,7972  µg/mL yaitu :

0,01  mg/ ml . x           = 2,7972 x 10-3 mg/mL . 5 mL
x                      = 1,3986 mL

Namun untuk memudahkan dalam pemipetan, maka dibuat larutan standar dengan konsentrasi yaitu 3 µg/mL, 4 µg/mL, 6 µg/mL, 7 µg/mL. Dengan cara yang sama, maka diperoleh konsentrasi dan volume larutan stok 1 mg/mL yang diperlukan untuk membuat larutan standar yang memberikan nilai absorbansi dalam rentang 0,2 – 0,8. Berikut adalah tabel hasil perhitungan untuk membuat larutan standar yang memberikan nilai absorbansi dalam rentang 0,2–0,8.
Absorbansi
Konsentrasi        standar paracetamol (mg/mL)

(mg/mL)
Volume yang diambil dari larutan stok (mL)
0,2145
3 x 10-3
1,5
0,2860
4 x 10-3
2
0,4290
6 x 10-3
3
0,5005
7 x 10-3
3,5


·             Membuat Kurva Kalibrasi
        Masing-masing larutan standar dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Hasil absorbansi tersebut diplot dalam kurva konsentrasi vs absorbansi. Dihitung persamaan regresi linier dengan rumus y = bx+a.

·            Menetapkan Kadar Parasetamol
        Larutan hasil ekstraksi parasetamol dimasukkan ke dalam kuvet. Kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Masukkan nilai absorbansi yang dihasilkan ke dalam persamaan regresi linier sebagai fungsi y. Dihitung konsentrasi parasetamol.


Skema Kerja
Ø  Skema Pembuatan Larutan NaOH 1,0 N


 



Dilarutkan dengan sedikit air bebas CO2
 
                                                                                                                       









 












Ø  Skema Pembuatan Larutan Stok Baku Parasetamol 0,01 mg/mL (10 µg/mL)
Ditimbang sebanyak 10 mg serbuk paracetamol BPFI

 
 











Dikocok hingga homogen sehingga diperoleh larutan dengan kadar  1 mg/mL

 





 

























Ø  Skema Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol


 















Ø  Skema Pembuatan Larutan Standar untuk Uji Linieritas





Dipipet larutan baku parasetamol 0,01 mg/mL masing-masing 1,5 mL; 2mL; 3 mL; 3,5 mL


 



 










 





Ø  Skema Pembuatan Kurva Kalibrasi


 











Ø  Menetapkan Kadar Parasetamol













Dihitung konsentrasi parasetamol

 
 











2.5.Uji Waktu Hancur


 

































BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

3.1 HASIL PERCOBAAN
1.      Uji Kerapuhan Tablet
Keterangan
Replikasi I
Bobot awak (gr)
6,459
Bobot akhir (gr)
6,419
Selisih bobot (gr)
0,04
Angka kerapuhan (%)
1,4

Uji Kerapuhan Tablet
% kerapuhan tablet =  x 100%
                                =  x 100%
                                = 0,6193%


2.      Uji Waktu Hancur Tablet
Keterangan
Replikasi I
Waktu hancur (menit)
Jumlah tablet 6
15 menit tidak hancur


3.      Uji Keseragaman Bobot
No
Bobot tablet (g)
1
0.522
0.025
0.000625
2
0.503
0.006
0.000036
3
0.490
-0.007
0.000049
4
0.487
-0.01
0.0001
5
0.503
0.006
0.000036
6
0.458
-0.039
0.001521
7
0.503
0.006
0.000036
8
0.508
0.011
0.000121
9
0.492
-0.005
0.000025
10
0.488
-0.009
0.000081
11
0.498
0.001
0.000001
12
0.524
0.027
0.000729
13
0.508
0.011
0.000121
14
0.508
0.011
0.000121
15
0.498
0.001
0.000001
16
0.494
-0.003
0.00009
17
0.500
0.003
0.00009
18
0.495
-0.002
0.00004
19
0.492
-0.005
0.000025
20
0.476
-0.021
0.000441
Rata-rata
0.497


Standar deviasi (SD)
0.01467


Koefisien variasi (CV)
0.0295 %



Uji Keseragaman Bobot
Bobot rata-rata () =
                               = 0.497

Standar Deviasi =
                           =
                           = 0.01467
Koefisien Variansi =  x 100%
                               =   x 100%
                               = 0.0295 %

% Bobot tablet terhadap bobot rata-rata tablet
No
FI (%)
1
5.03
2
1.21
3
1.41
4
2.01
5
1.21
6
7.85
7
1.21
8
2.21
9
1.01
10
1.81
11
0.20
12
5.43
13
2.21
14
2.21
15
0.20
16
0.60
17
0.60
18
0.40
19
1.01
20
4.23
Jumlah tablet dengan bobot yang tidak masuk range 5-10%
17



% bobot tablet     =
                                        =  x 100 %
                                        = 5.03 %

Dengan cara yang sama didapatkan % bobot tablet lainnya seperti dalam table

Bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata
A (>5%)
B(>10%)
0,497 g
3 tablet
0 tablet
.

4.      Uji Kekerasan Tablet
No
Kekerasan tablet (kg)
1
5.71
-2.78222
7.74076
2
9.29
0.797778
0.636449
3
8.67
0.177778
0.031605
4
7.35
-1.14222
1.304672
5
9.29
0.797778
0.636449
6
8.16
-0.33222
0.110372
7
8.67
0.177778
0.031605
8
8.27
-0.22222
0.049383
9
11.02
2.527778
6.38966
10
7.35
-2.78222
7.74076
Rata-rata ()
8.38


Standar Deviasi (SD)
1.42


Koefisien Variansi (CV)
0.17 %


Jumlah tablet dengan bobot yang tidak masuk range 4kg-6kg
10



Rata-rata ()  = 
                       = 8.38

Standar Deviasi (SD) =
                                   =
                                    = 1.42

Koefisien Variansi (CV) =  x 100 %
                                         =  x 100 %
                                         = 0.17%
5.      Uji disolusi
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
λ
Absorbansi
221
0.244
224
0.234
227
0.22
230
0.222
233
0.239
236
0.284
239
0.341
242
0.374
245
0.405
248
0.424
251
0.439
254
0.455
257
0.464
260
0.46
263
0.444
266
0.42
269
0.395
272
0.372
275
0.35
278
0.322
281
0.29
284
0.258
287
0.226
290
0.203
293
0.185
296
0.169
299
0.157
302
0.141
305
0.121
308
0.095
311
0.067
314
0.046
317
0.033
320
0.024

Dari data diatas diperoleh grafik









Data Absorbansi larutan seri pada panjang gelombanf maksimum 257 nm

Konsentrasi larutan
Absorbansi
3
0.284
4
0.316
6
0.458
7
0.523


Dari data tersebut diperoleh kurva


            Absorbansi larutan percobaan pada panjang gelombang maksimum 257 nm
           
Sampel
Waktu Pengambilan (Menit)
Absorbansi
4
0
0.143
15
0.159
30
0.294
60
0.497
5
0
0.091
15
0.218
30
0.277
60
0.491
6
0
0.212
15
0.348
30
0.398
60
0.564

Konsentrasi larutan percobaan
·         Larutan percobaan 4

0 menit           =     0.143
y = 0.063x + 0.078
0.143 = 0.063x + 0.078
x = 1.0317
konsentrasi sebenarnya = 10x = 10.317

15 menit         =      0.159
y = 0.063x + 0.078
 0.159 = 0.063x + 0.078
x = 1.285
konsentrasi sebenarnya = 10x = 12.85     

30 menit         =     0.294
y = 0.063x + 0.078
 0.294 = 0.063x + 0.078
x = 3.428
konsentrasi sebenarnya = 10x = 34.28
                      
60 menit         =     0.497
y = 0.063x + 0.078
 0.497 = 0.063x + 0.078
x = 6.650
konsentrasi sebenarnya = 10x = 66.50

·         Larutan Percobaan 5
0 menit           =     0.091
y = 0.063x + 0.078
 0.091 = 0.063x + 0.078
x = 0.206
konsentrasi sebenarnya = 10x = 2.06

15 menit         =     0.218
y = 0.063x + 0.078
 0.218 = 0.063x + 0.078
x = 2.222
konsentrasi sebenarnya = 10x = 22.22
30 menit         =     0.277
y = 0.063x + 0.078
 0.277  = 0.063x + 0.078
x = 3.158
konsentrasi sebenarnya = 10x = 31.58

60 menit         =     0.491
y = 0.063x + 0.078
 0.491 = 0.063x + 0.078
x = 6.555
konsentrasi sebenarnya = 10x = 65.55

·         Larutan Percobaan 6
0 menit           =     0.212
y = 0.063x + 0.078
 0.212 = 0.063x + 0.078
x = 2.126
konsentrasi sebenarnya = 10x = 21.26     

15 menit         =     0.348
y = 0.063x + 0.078
 0.348 = 0.063x + 0.078
x = 4.285
konsentrasi sebenarnya = 10x = 42.85

30 menit         =     0.398
y = 0.063x + 0.078
 0.398 = 0.063x + 0.078
x = 5.079
konsentrasi sebenarnya = 10x = 50.79

60 menit         =     0.564
y = 0.063x + 0.078
 0.564 = 0.063x + 0.078
x = 7.714
konsentrasi sebenarnya = 10x = 77.14

Sampel
Waktu Pengambilan (Menit)
Absorbansi
Konsentrasi Yang Terukur
Konsentrasi Sebenarnya
4
0
0.143
1.0317
10.317
15
0159
1285
12.85
30
0294
3428
34.28
60
0497
6650
66.50
5
0
0091
0206
2.06
15
0218
2222
22.22
30
0277
3158
31.58
60
0491
6555
65.55
6
0
0212
2126
21.26
15
0348
4285
42.85
30
0398
5079
50.79
60
0564
7714
77.14

Penetapan Kadar dengan Faktor koreksi
Kandungan Paracetamol tiap tablet = 250 mg
Volume Sampel = 900 ml
           

Larutan 4
Menit = 0
              Konsentrasi sampel = 10317 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  0236 x 900 ml
                                                                    = 9279 Âµg
                                                                    = 09279 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (09279 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 0371 %

Menit = 15
              Konsentrasi sampel = 1285 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  1285x 900 ml
                                                                    = 11565 Âµg
                                                                    = 11565 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (11565 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 04626 %

Menit = 30
              Konsentrasi sampel = 3428 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  3428 x 900 ml
                                                                    = 30852 Âµg
                                                                    = 30852 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (30852 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 1234 %

Menit = 60
              Konsentrasi sampel = 6650 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  6650 x 900 ml
                                                                    = 5985 Âµg
                                                                    = 5985 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (5985 mg/250 mg) x 100%
                                                                     = 2394 %

              Larutan 5
Menit = 0
              Konsentrasi sampel = 0206 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  0206 x 900 ml
                                                                    = 1854 Âµg
                                                                    = 01854 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (01854 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 0074 %


Menit = 15
              Konsentrasi sampel = 2222 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  2222 x 900 ml
                                                                    = 19998 Âµg
                                                                    = 19998 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (19998 mg/250 mg) x 100%
                                                                    =  079 %

Menit = 30
              Konsentrasi sampel = 3138 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  3138 x 900 ml
                                                                    = 28242 Âµg
                                                                    = 28242 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (28242 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 113  %

Menit = 60
              Konsentrasi sampel = 6555 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  6555 x 900 ml
                                                                    = 58995 Âµg
                                                                    = 58995 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (58995 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 2359 %

              Larutan 6
Menit = 0
              Konsentrasi sampel = 2126 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  2126 x 900 ml
                                                                    = 19134 Âµg
                                                                    = 19134 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (19134 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 0765 %

Menit = 15
              Konsentrasi sampel = 4285 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  4285 x 900 ml
                                                                    = 38565 Âµg
                                                                    = 38565 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (38565 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 1542 %

Menit = 30
              Konsentrasi sampel = 5079 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  5079 x 900 ml
                                                                    = 45711 Âµg
                                                                    = 45711 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (45711 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 1828 %

Menit = 60
              Konsentrasi sampel = 7714 
              Kadar paracetamol dalam sampel =  7714 x 900 ml
                                                                    = 69426 Âµg
                                                                    = 69426 mg
              % PCT yang terdisolusi                 = (69426 mg/250 mg) x 100%
                                                                    = 2777 %


















BAB III
PEMBAHASAN

Setelah pembuatan tablet paracetamol dilakukan evaluasi terhadap tablet hasil kompresi dengan menggunakan metode garanulasi basah Adapun evaluasi yang dilakukan antara lain uji keseragaman bobot tablet uji kerapuhan tablet uji kekerasan tablet dan uji waktu hancur tablet Pada uji keseragaman bobot dilakukan penimbangan terhadap 20 tablet yang dihasilkan Penggunaan 20 tablet untuk uji keseragaman bobot  ini sesuai dengan yang tercantum pada literatur (FI IV) Dari hasil penimbangan diperoleh bobot tablet yang bervariasi dengan bobot tablet rata-rata sebesar 0497 gram dan simpangan baku sebesar 001467 dan didapatkan koefisien variansi sebesar 072 % Dari hasil koefisien variansi keseragaman bobot tablet yang dihasilkan masuk dalam kategori baik Karena koefisien variansi yang dihasilkan dibawah 2 % Nilai dari koefisien variansi diharapkan kecil karena semakin kecil nilainya maka semakin seragam bobot tablet yang dibuat Adapun faktor –faktor yang menyebabkan terjadinya variasi dalam penimbangan bobot antara lain : volume dan berat bahan yang diisikan ke dalam cetakan serta garis tengah cetakan dan tekanan yang diberikan pada bahan saat dilakukan kompresi Selain itu Faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu kondisi peralatan yang digunakan selama proses penabletan seperti berubahnya pengaruh tekanan (Depkes RI 1979) Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan metode salah satunya adalah keseragaman bobot Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif (Depkes RI 1995)
Selain itu persentase penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rata-rata tablet juga memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI (1979) yaitu tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B

Bobot rata – rata
Penyimpanan bobot rata – rata dalam %
A
B
25 mg atau kurang
15%
30%
26 mg sampai dengan 150 mg
10%
20%
151 mg sampai dengan 300 mg
75%
15%
Lebih dari 300 mg
5%
10%
                                                                                                (Depkes RI 1979)
Dimana dalam uji ini diperoleh 3 tablet yang persentase bobot terhadap bobot rata-ratanya melebihi 5% yaitu pada tablet ke-1, 6, dan 12 . Hal ini dapat disimpulkan pula bahwa keseragaman bobot dalam sediaan tablet kurang baik dan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan Depkes RI (1979) dimana tidak lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata-ratanya dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata-ratanya
Tahap evaluasi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet Kekerasan tablet yang cukup serta tahan penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan konsumen Tujuan dari dilakukannnya uji kekerasan ini adalah untuk mengetahui kekuatan tablet  dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan pengepakan dan pengepalan Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen Kekerasan tablet sangat penting diperhatikan terutama untuk produk yang mempunyai masalah bioavailabilitas nyata atau potensial serta pada produk yang sensitif atas gangguan pada profil penglepasan pelarutan sebagai fungsi dari tenaga kerja yang digunakan (Ansel 2008)
 Pada praktikum ini diambil 10 tablet kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet dan diperoleh nilai kekerasan tablet yang bervariasi dengan perbedaan kekerasan yang cukup besar Hal ini disebabkan karena pengompresan dilakukan secara manual yang menyebabkan perbedaan jumlah takaran serbuk yang akan dikompres Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh nilai standar deviasi sebesar 142 dan koefisien variansi sebesar 017 % Angka ini menunjukkan kekerasan tablet yang sangat bervariasi dan masih sangat kurang baik Dilihat dari range kekerasan tablet yaitu 4kg-6kg pada pratikum kali ini dari 10 tablet yang di uji 9 buah tidak masuk range karena tablet yang dihasilkan mempunyai kekerasan melebihi 6 kg
Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah kompresibilitas alat cetak dan sifat fisiko kimia bahan yang dikempa Marais et al (2003) menyatakan bahwa jika gaya pengepresan yang digunakan saat mencetak tablet kecil maka tekanan yang diterima oleh bahan juga akan rendah sehingga kekerasan tablet juga akan menjadi rendah atau tablet bersifat rapuh Faktor lain yang menyebabkan kekerasan dari tablet bervariasi adalah karena mesin pencetak tablet dioperasikan secara manual sehingga kekuatan kompresi dalam pencetakan masing-masing tablet berbeda-beda Selain itu rapuhnya tablet yang dihasilkan juga dapat disebabkan oleh pengaruh sifat fisikokimia bahan dalam formulasi Penggunaan amilum sebagai bahan pengikat dan gelidan menyebabkan konsentrasi amilum dalam tablet cukup tinggi dimana tablet yang mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi menunjukkan tablet yang rapuh dan sukar dikeringkan (Andayana 2009)
Namun nilai kekerasan tablet yang berada di luar rentang yang dipersyaratkan tidak langsung menunjukkan bahwa suatu tablet memiliki kualitas yang buruk Nilai kekerasan yang kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan (Sulaiman 2007) Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas tetapi juga cukup lunak untuk melarut akan menghancur dengan sempurna begitu digunakan dan dapat dipatahkan diantara jari-jari bila tabletnya perlu dibagi (Ansel 2008)
Uji kerapuhan bertujuan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan sewaktu pengemasan dan pengiriman (Andayana 2009) Selain itu kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil) adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (Sulaiman 2007)
Pada uji kerapuhan dilakukan dengan cara memasukan 13 tablet yang telah ditimbang sebelumnya dan dimasukkan ke dalam alat uji kerapuhan (friabilator) kemudian alat diputar dengan kecepatan konstan (25 rpm) sebanyak 100 kali putaran Setelah 100 kali putaran dilakukan penimbangan kembali pada semua tablet yang digunakan untuk uji kerapuhan Bobot tablet pada awalnya adalah 6459 g sedangkan setelah dilakukan uji kerapuhan tablet yang ditimbang didapatkan bobotnya sebesar 6419 g Nilai % kerapuhan tablet didapatkan dengan cara bobot awal dikurangi bobot tablet yang diuji dibagi bobot awal tablet maka diperoleh angka kerapuhan tablet Dari perhitungan diperoleh angka kerapuhan tablet sebesar 06193 % Hasil ini tidak memenuhi standaryaitu antara 08 % - 10 % Kerapuhan tersebut diakibatkan karena pengikat yang digunakan tidak terdistrubusi dengan homogen di dalam tablet atau dapat diakibatkan oleh kesalahan saat proses kompresi secara manual Tablet yang terbentuk kurang kompak sehingga tablet menjadi rapuh Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan pengemasan dan pengepakan
Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket (Lachman dkk 2008)
Dalam Praktikum uji disolusi ini sampel larutan paracetamol ditampung sebanyak 10 ml pada menit ke 0 15 30 dan 60 menit Menurut standar uji disolusi sesuai dengan farmakope uji hanya dilakukan sampai dengan menit ke 30 dengan kecepatan 50 rpm dimana harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket Pada praktikum ini dilakukan sampai menit ke 60 karena untuk memastikan bahwa sudah 100% dari tablet yang digunakan terdisolusi sempurna
Persentase paracetamol yang terdisolusi dari sampel 1 2 dan 3 pada masing-masing menit ke 0 15 30 dan 60 menit tidak ada yang mencapai nilai 80% Seharusnya dalam menit ke 30 harus terlarut tidak kurang dari 80% paracetamol dari jumlah yang tertera pada stiket Dimana kadar paracetamol dalam tiap tablet yang digunakan dalam uji disolusi sebesar 250 mg sehingga seharusnya jumlah paracetamol yang harus terdisolusi pada menit ke-30 tidak kurang sebesar 200 mg Tablet yang digunakan tidak bisa terdisolusi mencapai 80% pada menit ke-30 disebabkan karena faktor pengikat dan disintegran Dimana bahan pengikat dan disintegran mempengaruhi kuat tidaknya ikatan partikel-partikel dalam tablet tersebut sehingga mempengaruhi pula kemudahan cairan untuk masuk berpenetrasi ke dalam lapisan difusi tablet menembus ikatan-ikatan dalam tablet tersebut Dalam hal ini pemilihan bahan pengikat dan disintegran dan bobot dari penggunaan bahan pengikat dan disintegran sangat berpengaruh terhadap laju disolusi
Untuk uji waktu hancur digunakan alat disintegration  tester yang berbentuk keranjang mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no10 mesh Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37° C Penggunaan penutup dimaksudkan agar tablet tetap terjaga dalam keranjang dan  tidak  keluar dari tube saat dinaik turunkan Proses pencelupan naik turun ini merupakan simulasi dari gerakan peristaltik saluran cerna  Sedangkan volume medium 800 ml dengan suhu 370 C dipilih untuk menyerupai volume cairan tubuh manusia dan suhu tubuhnya Dalam  monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastric (Sulaiman 2007) Namun pada pengujian ini media yang digunakan  adalah aquadest dengan pertimbangan bahwa sebagian besar cairan tubuh manusia adalah air
Farmakope Indonesia III menyebutkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit Dalam praktikum uji waktu hancur yang dilakukan tablet tidak hancur dalam waktu 15 menit sehingga tidak memenuhi persyaratan waktu hancur Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya jumlah disintegran yaitu CMC-Na yang digunakan dalam formula dan jumlah pengikat berupa mucilago yang digunakan terlalu banyak

























BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik uji evaluasi tablet yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
1.      Sediaan tablet paracetamol Pramadol® dalam praktikum ini memilki keseragaman bobot yang baik dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI (1979) dengan bobot rata-ratanya 0497 ± 001467 koefisien variasi sebesar 00295% dan ada 3 tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata-ratanya yakni tablet ke-1, 6, dan 12 dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata-ratanya
2.      Uji kekerasan menunjukkan tablet produksi skala laboratorium ini memiliki nilai kekerasan dengan rata-rata sebesar 838 kPa dan standar deviasi 142 yang  menandakan bahwa tablet yang diuji ini tergolong bersifat rapuh
3.      Untuk uji kerapuhan didapatkan angka kerapuhan sebesar 14 % Hasil ini menunjukkan bahwa tablet yang diuji tidak memenuhi standar karena angka kerapuhan tidak lebih dari 10 %
4.      Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah Dimana uji disolusi tablet yang dilakukan pada praktikum tidak memenuhi persyaratan uji disolusi standar
5.      Tablet yang diuji tidak memenuhi persyaratan waktu hancur untuk tablet tak bersalut karena memerlukan waktu lebih dari 15 menit










DAFTAR PUSTAKA

Andayana N 2009 Teori Sediaan Tablet (cited 2010 Des 13)
Available at : http:// pembuatan_tablet_nutwuri_andayanahtml

Anderson NR GS Banker Dalam : Lachman L Lieberman HA Kanig JL 1984 Teori dan Praktek Farmasi Industri Vol 2 Edisi 3 UI Press Jakarta

Ansel C Howard 2008 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta UI Press

Depkes RI 1979 Farmakope Indonesia Edisi III Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta

Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta

Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig 2008 Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Ketiga Jakarta: UI Press

Marais AF M Song dan MM Villiers 2003 Disintegration Propensity of Tablet Evaluated by Means of Disintegrating Force Kinetics Pharmaceutical Development Technology 5 (12) : 163-169

Nugrahani I 2005 Karakterisik Granul dan Tablet Propranolol Hidroklorida dengan Metode Granulasi Peleburan (cited 2010 Des 13)

Parrot EL 1971 Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third Edition
Burges Publishing Company USA

Rowe R C Paul J S and Paul J W 2009 Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th USA: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association

Sulaiman2007 Perbandingan Availabilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk Generik Dan Produk Dagang  (cited 2010 Des27)
            Available from            : http://jurnalfarmasiuiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf


 
;